Hari ini, 24 Juli 2024, diperingati sebagai Hari Kebaya Nasional, sebuah momentum penting dalam perjuangan untuk mengembalikan martabat kebaya. Kebaya, pakaian tradisional yang telah mengakar dalam budaya Nusantara selama berabad-abad, kini berada di persimpangan yang menentukan. Di tengah gelombang globalisasi dan pengaruh budaya luar yang menderas, kebaya diangkat kembali sebagai lambang identitas yang kaya dan berwarna dari tanah air.
Kebaya tidak hanya sekadar pakaian, melainkan cerminan dari perpaduan budaya yang kreatif dan inovatif. Sejarah mencatat bahwa kebaya datang dari berbagai pengaruh, dari jejak Portugis hingga sentuhan budaya Tiongkok dan Arab yang turut memberi warna dalam kain dan desainnya. Namun, yang membuat kebaya begitu istimewa adalah kemampuannya untuk terus berevolusi seiring dengan zaman, tetap mempertahankan esensi keindonesiaan.
Dalam perjalanan sejarahnya, kebaya telah mengalami transformasi yang mencerminkan perubahan budaya dan sosial di Nusantara. Dari penggunaan di istana kerajaan hingga menjadi pilihan mode yang elegan bagi kaum wanita di berbagai lapisan masyarakat, kebaya terus beradaptasi dengan nilai-nilai zaman. Bahkan pada era Kartini, kebaya menjadi simbol perlawanan terhadap norma-norma patriarki zaman itu.
Namun, seperti halnya banyak aspek budaya lokal lainnya, kebaya juga menghadapi tantangan serius. Gelombang jilbabisasi dan Arabisasi, disertai dengan penyebaran ajaran-ajaran yang mengkristal dalam tafsir tunggal, telah mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap busana tradisional ini. Upaya untuk menormakan penampilan wanita dengan cara yang seragam, tanpa mempertimbangkan kekayaan budaya lokal, telah menggerus keberagaman dan keindahan tradisi Nusantara.
Para pembela kebaya hari ini menyerukan untuk mengembalikan kebanggaan akan warisan nenek moyang, membebaskan kebaya dari belenggu norma-norma yang mempersempit ruang kreativitas. Mereka berpendapat bahwa kebaya bukan hanya sekadar busana, melainkan pernyataan identitas yang menghubungkan generasi masa lalu, kini, dan masa depan. Kebaya adalah bagian integral dari keberagaman budaya Nusantara yang harus dijaga, bukan dilarutkan dalam arus homogenisasi global.
Kembali membangkitkan popularitas kebaya bukanlah perkara mudah. Namun, dengan kesadaran akan pentingnya menjaga dan menghargai warisan budaya ini, kita dapat memastikan bahwa kebaya tetap bersemayam sebagai bagian tak terpisahkan dari jati diri bangsa. Perjuangan ini bukan semata-mata soal fashion atau gaya hidup, melainkan perlawanan terhadap penjajahan budaya yang mengatasnamakan agama atau ideologi tertentu.
Sebagai bangsa yang kaya akan tradisi dan keberagaman, kita memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan menghormati warisan nenek moyang kita. Hari Kebaya Nasional hari ini mengingatkan kita akan pentingnya membangun kembali kebanggaan kolektif terhadap kebaya sebagai lambang keindonesiaan yang tak lekang oleh waktu. Mari bersama-sama menghadapi tantangan ini dengan langkah-langkah konkret, untuk menjaga kebaya tetap bersinar dalam panorama budaya Nusantara yang semakin dinamis dan modern.
Anggun dan jaya lah wanita Indonesia yang berkebaya, karena kebaya bukan hanya sekedar pakaian, melainkan warisan budaya yang membanggakan dari generasi ke generasi.(Red)