Tribuanapost id-Jepara, Di tangan tiga pria penghuni Rumah Pelayanan (Rumpel) Sosial Disabilitas Mental Waluyotomo Jepara, kain putih polos berubah menjadi karya batik ciprat bernilai seni tinggi. Dengan konsentrasi penuh, mereka mencipratkan pewarna hijau, merah, dan kuning membentuk pola abstrak nan estetis, Selasa (1/7/2025).
Proses Kreatif Tanpa Batas
Ketua BKOW Provinsi Jawa Tengah Nawal Arafah Yasin yang menyaksikan langsung proses kreatif tersebut mengaku takjub. “Karyanya sangat bagus. Yang menakjubkan, setiap kain adalah hasil kolaborasi tiga seniman dengan interpretasi warna masing-masing,” ujar Nawal saat kunjungan kerja bertema Peduli dan Berbagi Berkah.
Kepala Panti PPSLU Potroyudan, Nur Chibtiyah, menjelaskan:
- Pelatihan batik ciprat diberikan sebagai terapi okupasi
- Hasil karya sudah dipasarkan hingga Jakarta
- Penyandang disabilitas juga memproduksi pot dari kain bekas dan semen
Terapi Seni yang Memberdayakan
Menurut psikolog panti, teknik batik ciprat dipilih karena:
- Tidak membutuhkan pola baku
- Memberi kebebasan berekspresi
- Melatih motorik halus dan konsentrasi
“Proses kreatif ini justru mengungkap kepekaan estetika yang mungkin tak terlihat dalam interaksi sehari-hari,” jelas Nur.
Dukungan untuk Pengembangan
BKOW Jateng berkomitmen membantu pemasaran melalui:
- Pameran seni disabilitas
- Kemitraan dengan pelaku usaha
- Pelatihan kewirausahaan
“Kami sedang mengembangkan sistem fair trade untuk memastikan royalti langsung ke perajin,” tambah Nawal.
Tantangan dan Harapan
Meski demikian, panti masih menghadapi kendala:
- Keterbatasan bahan baku
- Minimnya peralatan profesional
- Akses pasar yang masih terbatas
“Kami berharap semakin banyak pihak yang mendukung karya inklusif ini,” pungkas Nur.