Tribuanapost.id-Rembang,Di perbukitan Pegunungan Lasem, tepatnya di Dukuh Ngasinan, Desa Warugunung, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, tersembunyi sebuah jejak sejarah yang selama ini tak tersentuh. Dua prasasti kuno dengan aksara Cina ditemukan, menyimpan cerita masa lampau yang belum terungkap. Lokasi penemuan ini berada dekat kompleks pemakaman warga Tionghoa, yang selama ini dikenal masyarakat sebagai area penuh dengan batu nisan atau bongpay.
Jayadi, seorang warga setempat berusia 40 tahun, adalah sosok yang pertama kali menyadari keberadaan prasasti ini. “Prasasti itu sebenarnya sudah lama ada, tapi kami mengira itu hanya batu biasa yang diukir, seperti bongpay lainnya,” ujarnya. Selama bertahun-tahun, Jayadi dan warga lain duduk di atas prasasti tersebut, menganggapnya sebagai bagian dari lingkungan sekitar tanpa kecurigaan apapun. Namun, perasaan bahwa batu tersebut mungkin lebih dari sekadar batu nisan mulai tumbuh seiring waktu.
“Di bawah batu prasasti itu adalah kebun kakek saya, jadi saya sering berada di sini ketika musim panen. Awalnya kami semua mengira itu hanya bongpay biasa, bukan benda bersejarah. Tapi setelah saya bertemu dengan Mas Danang, seorang pegiat sejarah dari Lasem, saya mulai curiga bahwa itu mungkin prasasti,” tambah Jayadi saat ditemui di lokasi prasasti pada Selasa, 13 Agustus 2024.
Danang Swastika, pegiat sejarah yang dipanggil Jayadi, segera menyadari bahwa batu itu bukan bongpay biasa. Setelah memeriksa bentuk dan ciri-ciri batu tersebut, ia mengonfirmasi kecurigaannya. “Ini jelas bukan bongpay, melainkan prasasti yang mungkin memiliki nilai sejarah yang besar,” kata Danang. Menyadari pentingnya temuan ini, Danang segera melaporkannya kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Kabupaten Rembang.
Retna Dyah Radityawati, Subkor Sejarah, Museum, dan Cagar Budaya Dinbudpar Kabupaten Rembang, menyatakan bahwa laporan temuan prasasti kuno ini telah diteruskan ke Balai Pelestari Kebudayaan (BPK) untuk tindak lanjut lebih lanjut. “Kami mendokumentasikan temuan ini dan akan berkoordinasi dengan tim ahli dari BPK untuk melakukan pembacaan dan pembersihan prasasti. Ini adalah langkah awal untuk mengungkap sejarah yang mungkin terkandung dalam aksara Tionghoa yang terukir di prasasti tersebut,” ungkap Retna.
Temuan ini menjadi sangat berarti bagi kesejarahan Lasem, sebuah daerah yang dikenal dengan warisan budaya Tionghoanya. Lasem sendiri merupakan salah satu kawasan di Jawa yang menyimpan banyak jejak peradaban Tionghoa kuno, menjadikan penemuan prasasti ini sebagai sebuah puzzle baru yang menambah kekayaan sejarahnya.
Prasasti pertama yang ditemukan memiliki dimensi tinggi 144 cm, panjang 190 cm, dan tebal 81 cm. Sementara prasasti kedua memiliki panjang 216 cm, tinggi 110 cm, dan ketebalan 105 cm. Ukuran yang cukup besar ini menunjukkan bahwa prasasti tersebut mungkin memegang peranan penting dalam sejarah Tionghoa di wilayah Lasem.
Sejauh ini, prasasti tersebut masih berada di lokasi penemuan, menunggu proses lebih lanjut dari pihak berwenang. Meski telah dilaporkan dan diakui sebagai temuan penting, misteri yang terkandung di dalamnya masih belum terungkap. Masyarakat sekitar, yang selama ini hidup berdampingan dengan benda bersejarah tersebut tanpa menyadarinya, kini menanti dengan penuh harap akan cerita yang mungkin terungkap dari prasasti kuno ini.
Penemuan ini juga membuka kembali diskusi tentang pentingnya melestarikan situs-situs bersejarah yang mungkin tersembunyi di sekitar kita. Seperti yang diungkapkan oleh Danang, “Temuan ini spektakuler, bukan hanya bagi Lasem, tetapi juga bagi upaya pelestarian sejarah kita. Setiap batu, setiap prasasti, adalah bagian dari cerita yang lebih besar tentang siapa kita dan dari mana kita berasal.(Red)