Tribuanapost.id-Klaten,Jumat malam, 9 Agustus 2024, halaman kompleks Gedung Sunan Pandanaran dipenuhi oleh kerumunan masyarakat yang antusias. Suasana meriah ini bukan tanpa alasan; malam itu merupakan puncak perayaan Hari Jadi ke-220 Klaten dan HUT ke-79 Kemerdekaan RI. Pengunjung dari berbagai lapisan masyarakat berkumpul untuk menyaksikan pagelaran seni ketoprak yang bertajuk “Hadeging Klaten.”
Sejak sore hari, halaman Gedung Sunan Pandanaran telah disulap menjadi panggung seni yang megah. Lampu-lampu warna-warni menghiasi area, sementara para pedagang makanan dan minuman memenuhi tepi lapangan, menambah semarak suasana. Kerumunan yang terus membesar menandakan betapa tingginya antusiasme masyarakat Klaten terhadap acara ini.
Pagelaran ketoprak yang disajikan malam itu tak hanya menyuguhkan tontonan seni budaya, tetapi juga melibatkan unsur pemerintahan dan masyarakat secara langsung. Lakon yang dipilih, “Hadeging Klaten,” mengisahkan sejarah awal terbentuknya Kabupaten Klaten, mulai dari desa tertua yang disebut dalam Prasasti Upit hingga pembangunan benteng Fort Engelenburg oleh Pemerintahan Distrik Militer Belanda pada tahun 1804.
Menariknya, pagelaran kali ini menampilkan para pejabat Kabupaten Klaten sebagai pemainnya. Sekretaris Daerah, Ketua DPRD Klaten, serta anggota TNI/Polri, dan direksi BUMD ikut ambil bagian dalam seni ketoprak yang biasanya dikuasai oleh pelakon profesional. Kehadiran mereka dalam peran ini memberikan warna baru pada pentas seni tersebut.
Ketika para pejabat tersebut naik ke panggung, suasana semakin hangat dan penuh canda tawa. Meskipun bukan aktor ketoprak berpengalaman, mereka berhasil membangun keakraban dengan penonton melalui dialog-dialog spontan dan kesalahan-kesalahan lucu yang tak terhindarkan. Lantunan suara dan gerakan tubuh mereka yang tidak sepenuhnya presisi malah menambah keceriaan malam itu. Keberanian mereka untuk tampil di depan umum dengan cara yang berbeda ini menunjukkan sisi lain dari karakter mereka yang sering kali tersembunyi di balik tugas-tugas formal sehari-hari.
Pagelaran ini merupakan inisiatif Dewan Kesenian Kabupaten Klaten, yang berkomitmen untuk menjaga dan mempromosikan seni ketoprak sebagai bagian dari warisan budaya daerah. Sunarna, Ketua Pembina Dewan Kesenian Kabupaten Klaten, menyampaikan bahwa acara ini adalah wujud kebanggaan masyarakat Klaten dalam menjunjung seni budaya asli mereka. “Pagelaran ketoprak ini adalah salah satu cara kita untuk merayakan sejarah dan budaya Klaten sambil memberikan hiburan kepada masyarakat,” ungkap Sunarna.
Selain menikmati pertunjukan, malam itu juga menjadi momen penghargaan. Bupati Klaten, Sri Mulyani, secara langsung menyerahkan piagam penghargaan kepada 21 pihak yang telah berkontribusi dalam pelestarian seni ketoprak di Kabupaten Klaten. Penghargaan tersebut diberikan kepada berbagai institusi, mulai dari sekolah, media, hingga perusahaan pemerintah dan swasta, sebagai apresiasi atas usaha mereka dalam menjaga kelestarian budaya lokal.
Bupati Sri Mulyani menyatakan, “Malam ini adalah sesuatu yang sangat istimewa. Biasanya, kita hanya melihat para seniman di panggung, tetapi malam ini, pejabat pemerintah Klaten juga berperan untuk menghibur kita. Ini adalah bentuk komitmen kami terhadap pelestarian budaya kita.”
Dengan berakhirnya pagelaran ketoprak ini, masyarakat Klaten tidak hanya pulang dengan hiburan yang menyenangkan, tetapi juga dengan rasa bangga akan warisan budaya mereka. Malam itu adalah contoh nyata bagaimana seni dan pemerintahan dapat bersinergi untuk memajukan budaya lokal sekaligus mempererat hubungan antara pemerintah dan masyarakat.(Red)