Tribuanapost.id-Blora, Sekretaris Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Blora, Anton Sudibyo, mengajukan permohonan kepada Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, MSi., agar bersedia menjadi bapak angkat bagi para petani tebu. Permohonan ini disampaikan saat acara silaturahmi Petani Tebu yang digelar di Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang. Acara tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Direktur Utama PT Wadah Karya Rembang (WKR), Lie Kamajaya, yang menjadi tuan rumah acara.
Dalam pernyataannya, Anton Sudibyo mengungkapkan harapannya agar Haedar Nashir dapat memperjuangkan nasib petani tebu yang selama ini menghadapi berbagai tantangan, seperti rentenir perbankan dan kebijakan pemerintah yang dirasa belum berpihak kepada mereka. “Tentu saja harapannya untuk memperjuangkan nasib petani agar tidak menjadi korban rentenir perbankan dan kebijakan pemerintah yang belum berpihak kepada wong cilik, khususnya para petani tebu,” ujar Anton.
Acara yang berlangsung pada Senin ini juga dihadiri oleh Ketua APTRI Blora, Sunoto, yang juga mengutarakan harapannya kepada Haedar Nashir. Sunoto berharap agar Haedar dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani tebu melalui lobi kepada pemerintahan yang baru di bawah Presiden Prabowo Subianto, guna mewujudkan swasembada gula yang akan menyejahterakan para petani tebu di seluruh Indonesia.
Lie Kamajaya, sebagai Direktur Utama PT Wadah Karya Rembang, menyampaikan rasa syukur atas kehadiran para tamu penting, termasuk Haedar Nashir dan Bupati Rembang, KH. Abdul Hafidz, serta Letjen (Purn) Bibit Waluyo, mantan Gubernur Jawa Tengah periode 2008-2013. Kamajaya juga menyampaikan terima kasih kepada Dirut Biovin dan para petani tebu dari Rembang dan Blora yang selalu siap mendukung upaya swasembada gula.
Dalam sambutannya, Lie Kamajaya memberikan apresiasi khusus kepada Haedar Nashir atas komitmennya dalam mendukung industri gula. Ia menilai langkah Muhammadiyah dalam memberikan dukungan ini sebagai bentuk dakwah ekonomi yang mampu memberi motivasi dan meningkatkan kesejahteraan petani tebu serta menyelamatkan produksi gula nasional. Kamajaya juga mengungkapkan rencana pembangunan pabrik gula di Kabupaten Rembang yang akan dikelola secara profesional dan ramah lingkungan, serta memberikan peluang kepada petani tebu untuk memiliki saham di pabrik tersebut.
Kamajaya sendiri memiliki pengalaman mengelola Pabrik Gula Ceper di Kabupaten Kendal dan Pabrik Gula Gendis Multi Manis (GMM) Todanan di Kabupaten Blora. Meskipun kedua pabrik tersebut sudah tidak lagi dikelola oleh Kamajaya, ia bertekad untuk memastikan bahwa pabrik gula di Rembang yang akan dibangun tidak akan mengalami nasib yang sama dan akan bertahan hingga akhir.
Bupati Rembang, KH. Abdul Hafidz, yang juga pernah menjadi petani tebu handal, mengungkapkan rasa optimisnya terhadap rencana pembangunan pabrik gula modern di Kabupaten Rembang yang nilai investasinya mencapai Rp1,7 triliun. Menurutnya, pabrik gula ini akan memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kesejahteraan petani tebu di Rembang, yang saat ini memiliki areal tebu seluas lebih dari 9.500 hektar. Ia juga menambahkan bahwa berdasarkan penelitian ahli tebu dari Thailand, lahan tebu di Kabupaten Rembang dinilai sangat cocok untuk budidaya tebu.
Letjen (Purn) Bibit Waluyo dalam testimoninya juga memberikan jaminan bahwa Lie Kamajaya adalah sosok yang pekerja keras, cerdas, ikhlas, jujur, dan ahli di bidang pertebuan. Ia meminta Kamajaya untuk serius dalam mengelola pabrik gula di Rembang agar tidak mengalami kegagalan.
Sementara itu, dalam pidatonya, Haedar Nashir menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi pengelolaan sumber daya alam di Indonesia, termasuk dalam sektor gula. Ia menyinggung fakta sejarah bahwa Indonesia dahulu merupakan salah satu pengekspor gula terbesar kedua di dunia, namun kini menjadi negara pengimpor gula. Haedar berharap agar kebijakan pemerintah lebih berpihak pada kesejahteraan petani tebu, dan Muhammadiyah berkomitmen untuk mendorong reformasi tata kelola sumber daya alam yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Pada kesempatan tersebut, Haedar Nashir juga menandatangani nota kesepahaman tentang penelitian dan pengembangan varietas tanaman tebu, serta turut melakukan panen demplot tebu dan uji coba mesin giling gula merah.(Red)