Tribuanapost.id-Blora,Rumah Artefak Blora kini menjadi salah satu destinasi favorit, tidak hanya bagi kalangan pelajar, tetapi juga orang dewasa. Para pengunjung datang bukan hanya untuk melihat benda-benda yang disimpan di dalamnya, tetapi juga untuk menimba pengetahuan dan membuat konten menggunakan teknologi gawai.
Pada Rabu, 17 Juli 2024, beberapa siswa dari SMK Muhammadiyah Kunduran dan SMK Muhammadiyah 1 Blora jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di Dinas Kominfo Blora. Mereka didampingi oleh pembimbing untuk mendokumentasikan (foto dan video) serta melakukan wawancara dengan petugas mengenai koleksi benda di Rumah Artefak. Kesempatan ini disambut antusias oleh para siswa.
“Senang bisa belajar sejarah purbakala langsung dari petugas yang berkompeten. Kemudian membuat video, foto untuk konten media sosial, ini pertama kali berkunjung ke Rumah Artefak,” kata Hanifah Azzahra dan Aisyah Nur Alim, siswa SMK Muhammadiyah Kunduran.
Senada dengan Hanifah dan Aisyah, Restika Dwi Istiana dan Vidia Bella Pradipta, siswa PKL dari SMK Muhammadiyah Blora, juga mengaku terkesan. Mereka kagum melihat patung rekonstruksi homo erectus progresif yang merupakan bantuan dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.
“Jadi tahu patung rekonstruksi homo erectus progresif yang berada di Rumah Artefak Blora, ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung, khususnya pelajar. Swafoto jelas, ayo berkunjung ke Rumah Artefak Blora,” ujar Restika Dwi Istiana.
“Rumah Artefak Blora sangat menarik, ada fosil paus purba dan benda pusaka. Saya baru pertama kali mengunjungi Rumah Artefak, asik pokoknya, semoga segera ada museum di Blora,” tambah Vidia Bella Pradipta.
Di Rumah Artefak Blora, terdapat sekitar 200 buah benda cagar budaya dari empat peradaban: Prasejarah, Klasik Hindu Budha, Islam, hingga Kolonial. Koleksi ini dijaga dan dirawat oleh petugas dari Dinporabudpar Blora. Selain menjadi tempat penyimpanan artefak, Rumah Artefak juga melakukan perawatan dan konservasi benda cagar budaya. Para staf seksi sejarah kepurbakalaan telah mendapatkan pelatihan di berbagai lembaga seperti BPSMP Sangiran dan BPCB Provinsi Jawa Tengah.
Sebagian besar koleksi di Rumah Artefak berasal dari hibah masyarakat yang tergabung dalam Forum Peduli Sejarah Budaya Blora (FPSBB) dan hasil riset BPSMP Sangiran di Blora. Beberapa koleksi Pemkab juga berasal dari temuan masyarakat yang diapresiasi dalam bentuk ganti untung.
Koleksi Rumah Artefak meliputi fosil kepala banteng, kepala kerbau, gading gajah purba, peralatan manusia purba, perhiasan bekal kubur Kalang, arca dari masa klasik, serta peralatan dan senjata dari masa Islam dan kolonial. Koleksi ini terus bertambah seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian cagar budaya untuk generasi mendatang.
Proses konservasi dan perawatan di Rumah Artefak dilakukan secara terbuka. Masyarakat yang tertarik dapat belajar bersama mengenai cara menangani benda cagar budaya sesuai standar perawatan yang benar. Hal ini menambah daya tarik Rumah Artefak Blora sebagai pusat edukasi dan pelestarian budaya.
Rumah Artefak Blora tidak hanya menjadi tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, tetapi juga tempat belajar yang inspiratif bagi para pelajar dan masyarakat umum. Dengan dukungan teknologi dan semangat pelestarian, tempat ini diharapkan terus menjadi sumber pengetahuan dan kebanggaan bagi Blora.