Mereka bertiga pergi ke sungai . Umur mereka sepantaran tapi Konari paling kecil dan paling kurus di antara keduanya.
Setelah berjalan kaki melewati beberapa rumah warga,mereka tiba di tempat.
Hari itu tidak turun hujan,matahari bersinar terik dan air sungai berkilauan berwarna coklat keruh. Tebing-tebingnya ditumbuhi rerimbunan pohon bambu , lalu pohon bambu lagi, lalu pohon bambu lagi.
Sungai kecil itu,mereka menyebutnya Kali Lanang.Letaknya disebelah Utara dusun.Biasa digunakan mandi,mencuci pakaian,memandikan ternak dan buang air besar oleh warga setempat.
Wasuri dan Ngasri melepas pakaian dan menyimpannya di semak-semak kemudian terjun ke air telanjang bulat. Sedangkan Konari masih ragu-ragu.
Air sungai tampak menggiurkan, tetapi Konari belum melepas pakaian,Ia teringat pesan Mboknya “awan-awan ojo ning kali nak digondol wewe”
Wasuri dan Ngasri naik ke tebing sungai lagi dan kemudian terjun ke air sambil berteriak: “Pendekar sair berdarah……hiyy,yaaaaaak!”.Byuurr……
Mereka membayangkan dirinya tokoh utama dalam sandiwara radio Tutur Tinular —semua orang di kampung itu senang mendengarkan sandiwara tersebut.
Konari masih di tepian, memandangi kedua temanya bersenang-senang, memandangi air yang mengalir pelan. Ia anak penakut, datang ke sungai hanya untuk melamun.
Pada saat melamun itu, tiba-tiba Konari merasakan dorongan dari belakang yang membuatnya terjun ke sungai dan menelan airnya beberapa teguk.
Kaspo tertawa-tawa di tepi sungai melihat Konari gelagapan. Rupanya Kaspo menyusulnya dan Konari tidak melihatnya.
Konari bertanya kepada Ngasri “Apakah orang bisa mati karena minum air sungai. Saya takut nanti malam demam tinggi dan besoknya mati?
“Aku pernah juga, tapi tidak apa-apa,” jawab Ngasri
“Tapi aku minum banyak sekali tadi,” kata Konari.
“Aku juga pernah minum banyak sekali,” kata Ngasri. “Lebih banyak.”
Mendengar jawaban itu,Konari merasa lega dan tak lama setelah itu ia bergabung dengan teman-temanya dan membayangkan dirinya sebagai Pendekar sair berdarah juga, meskipun tidak pernah ikut terjun dari tebing dan hanya berjalan mondar-mandir dalam air setinggi dada.
Kaspo juga terjun ke sungai dan berteriak Pendekar Sair Berdarah. Mereka sibuk bermain, menyelam, berenang dari tepi ke tepi, membenamkan diri dan adu kuat menahan napas.Konari tetap mondar-mandir saja dan sesekali gelagapan ketika kecipak air dari mereka bertiga menampar wajahnya.
Setelah puas bermain,keempat anak itu mentas dari sungai ,Ngasri,Kaspo dan Wasuri mengenakan pakainya masing-nasing dan bergegas pulang.
Konari termangu,Ia ragu untuk pulang,takut dimarahi Simboknya,karena merasa bersalah telah melanggar larangan Ibunya.
Kaspo “pulang agak sore saja,biar bajumu agak kering”
“Gak mungkin.Mbok pasti mencari-cari saya jika saya tidak ada di rumah setelah ashar” jawab Konari
“Ya sudah,mari kita pulang” timpal Ngasri
Akhirnya Konari mengikuti ketiga temanya memberanikan diri pulang dengan pakaian masih agak basah.
“Jika Ibumu menanyakan kenapa pakaianmu basah, jawab saja kalau kamu tadi ada yang mendorong ke sungai” imbuh Wasuri.
Sesampai di rumah.Ibu Konari tidak bertanya kepadanya, Ibunya hanya menyuruh agar anaknya segera mandi karena hari sudah petang.
Konari langsung ke sumur dan memperlihatkan sikap manis. Seusai mandi ia berganti pakaian mengenakan sarung,kemeja dan peci dan malam itu ia pergi mengaji tanpa disuruh-suruh.