Tribuanapost.id-Mataram, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan kesiapan untuk menjalin kolaborasi dan kerja sama ekonomi dengan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya kedua provinsi untuk memperkuat perekonomian daerah masing-masing serta berbagi strategi dalam mengendalikan inflasi.
Sekretaris Daerah NTB, Lalu Gita Ariadi, dalam pernyataannya di Mataram pada Rabu (31/7), mengungkapkan bahwa NTB telah mengembangkan langkah-langkah strategis untuk memastikan stabilitas ekonomi di wilayahnya. Salah satu fokus utama NTB adalah memastikan ketersediaan kebutuhan masyarakat sebelum menjadi pemasok produk pertanian ke daerah lain.
“Selama ini Pemerintah NTB memastikan berbagai kebutuhan masyarakat terpenuhi terlebih dahulu, setelah itu kami menjadi pemasok berbagai produk-produk pertanian yang dibutuhkan daerah lain,” ujar Lalu Gita Ariadi.
NTB telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam mengendalikan inflasi, yang merupakan indikator penting dari stabilitas ekonomi suatu daerah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi di NTB tercatat sebesar 2,12 persen pada Juni 2024. Angka ini menempatkan NTB di posisi ke-7 secara nasional dalam daftar provinsi dengan tingkat inflasi terendah.
Capaian ini merupakan hasil dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi NTB dalam mengendalikan harga-harga komoditas utama yang mempengaruhi inflasi, seperti makanan, minuman, dan tembakau. Menurut data BPS, inflasi untuk kelompok komoditas ini tercatat sebesar 2,90 persen. Lalu Gita Ariadi menambahkan bahwa tren penurunan inflasi ini telah berlangsung selama enam bulan terakhir, menunjukkan bahwa perekonomian NTB berada dalam kondisi stabil dan terkendali.
Kolaborasi yang diusulkan antara NTB dan DIY ini diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, terutama dalam berbagi pengalaman dan strategi pengendalian inflasi. DIY, yang dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan dan budaya di Indonesia, memiliki potensi besar dalam berbagai sektor ekonomi, termasuk pariwisata dan industri kreatif. Sementara itu, NTB dengan kekuatan di sektor pertanian dan pariwisata, dapat menyediakan berbagai produk dan layanan yang mendukung pertumbuhan ekonomi DIY.
Lalu Gita Ariadi menjelaskan bahwa kerja sama ini tidak hanya akan fokus pada sektor ekonomi, tetapi juga akan mencakup bidang lain seperti pendidikan, budaya, dan pengembangan sumber daya manusia. “Kami melihat potensi besar dalam menjalin kerja sama dengan Yogyakarta, tidak hanya dalam hal ekonomi tetapi juga dalam berbagai aspek lainnya yang dapat saling mendukung dan memperkuat,” tambahnya.
Dalam konteks yang lebih luas, upaya NTB untuk memperkuat kerja sama dengan provinsi lain merupakan bagian dari strategi pembangunan yang berkelanjutan. Kolaborasi antardaerah dianggap sebagai salah satu cara yang efektif untuk mengatasi tantangan ekonomi di tingkat lokal dan nasional. Dengan kerja sama ini, diharapkan dapat tercipta sinergi yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan merata di berbagai wilayah Indonesia.
Pemerintah Provinsi NTB juga terus mendorong pelaku usaha lokal untuk meningkatkan daya saing produk mereka, baik di pasar domestik maupun internasional. Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan kemitraan strategis dengan provinsi lain, NTB optimis dapat terus menjaga stabilitas ekonominya sambil membuka peluang baru untuk pertumbuhan dan pembangunan yang lebih luas.
Kerja sama dengan Yogyakarta ini menjadi salah satu langkah konkret yang menunjukkan komitmen NTB dalam menjaga stabilitas inflasi serta memperkuat hubungan antardaerah di Indonesia. Kolaborasi semacam ini diharapkan dapat menjadi model bagi provinsi-provinsi lain dalam mengembangkan strategi bersama untuk menghadapi tantangan ekonomi di masa depan.(Red)