Tribuanapost.id-Klaten, 28 Juli 2024 – Di pusat Kota Klaten, terdapat sisa-sisa sejarah yang menyimpan banyak cerita penting dari masa lalu, salah satunya adalah Benteng Loji atau yang dikenal juga sebagai Engelenburg. Benteng yang didirikan oleh Kompeni Belanda ini tidak hanya berfungsi sebagai benteng pertahanan, tetapi juga memiliki peran penting dalam peristiwa akhir Perang Diponegoro.
Menurut pegiat sejarah Klaten, Hari Wahyudi, Benteng Loji Klaten menjadi saksi bisu penangkapan Kiai Mojo, salah satu tokoh penting dalam Perang Diponegoro, pada 14 November 1828. “Tanggal 12 November 1828, Kiai Mojo bersama 400 orang laskarnya ditangkap di Sungai Bedog, Sleman, dan kemudian dibawa ke Solo,” kata Hari kepada detikJateng.
Hari Wahyudi menjelaskan lebih lanjut mengenai catatan sejarah yang menyebutkan peristiwa ini. Ia mengungkapkan bahwa informasi tentang Kiai Mojo yang ditahan di Benteng Loji Klaten berasal dari catatan AWP Weitzel yang ditulis pada tahun 1850. Weitzel menyalin catatan dari Jenderal Belanda Markus De Kock, yang memimpin perang melawan Pangeran Diponegoro. “Weitzel menyalin catatan Jenderal De Kock, yang sangat terpercaya. Kiai Mojo sempat diinapkan di Benteng Prambanan pada tanggal 13 November sebelum akhirnya dibawa ke Benteng Loji,” jelas Hari.
Setelah menginap semalam di Benteng Prambanan, Kiai Mojo bersama laskarnya dibawa ke Benteng Loji Klaten pada 14 November 1828. Di benteng ini, Kiai Mojo diserahkan kepada residen Surakarta dengan instruksi dari Jenderal De Kock. “Kiai Mojo dipisahkan dari laskarnya, dan semua senjatanya, termasuk 58 senapan, 353 tombak, dan 5 panji, disita dan disimpan di Benteng Loji,” sambung Hari.
Hari Wahyudi menambahkan bahwa setelah satu malam menginap di Benteng Loji, Kiai Mojo bersama lima pengawal utamanya dibawa ke Solo dengan pengawalan 70 pasukan berkuda. “Kiai Mojo dikawal oleh 70 pasukan berkuda menuju Surakarta tanpa dilakukan interogasi. Dia dijaga oleh seorang letnan bernama Letnan Roeps,” imbuh Hari.
Benteng Loji, yang sebelumnya dikenal sebagai Engelenburg, merupakan bagian dari pertahanan artileri yang dibangun oleh Kompeni Belanda. Berdasarkan catatan sejarah, benteng ini dibangun pada tahun 1796, jauh sebelum peristiwa penangkapan Kiai Mojo. “Saya menemukan data bahwa Benteng Klaten dibangun pada tahun 1796 dalam buku ‘Nederlandsche Artillerie’ oleh FHW Kuypers, seorang mayor artileri Hindia Timur. Informasi ini juga dikuatkan oleh tulisan JFG Brumund tahun 1853 dan buku lainnya,” terang Hari.
Lasiyem, seorang saksi sejarah berusia 79 tahun, mengenang masa ketika Benteng Loji masih berdiri kokoh. “Saat saya sekolah, bentengnya masih ada dengan tembok pagar yang tinggi mengelilingi,” katanya.
Benteng Loji juga tercatat dalam Perda nomor 12 tahun 2007 tentang Hari Jadi Kabupaten Klaten, yang menyebutkan pendirian benteng tersebut pada tanggal 28 Juli 1804 dengan surya sengkala Catur llang Estining Budi.
Sejarah Benteng Loji Klaten menggambarkan bagaimana benteng ini bukan hanya sebagai struktur pertahanan, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang mendalam terkait dengan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam konteks perjuangan melawan penjajahan Belanda.
Benteng Loji Klaten: Saksi Sejarah Penangkapan Kiai Mojo di Masa Perang Diponegoro
Klaten, 28 Juli 2024 – Di pusat Kota Klaten, terdapat sisa-sisa sejarah yang menyimpan banyak cerita penting dari masa lalu, salah satunya adalah Benteng Loji atau yang dikenal juga sebagai Engelenburg. Benteng yang didirikan oleh Kompeni Belanda ini tidak hanya berfungsi sebagai benteng pertahanan, tetapi juga memiliki peran penting dalam peristiwa akhir Perang Diponegoro.
Menurut pegiat sejarah Klaten, Hari Wahyudi, Benteng Loji Klaten menjadi saksi bisu penangkapan Kiai Mojo, salah satu tokoh penting dalam Perang Diponegoro, pada 14 November 1828. “Tanggal 12 November 1828, Kiai Mojo bersama 400 orang laskarnya ditangkap di Sungai Bedog, Sleman, dan kemudian dibawa ke Solo,” kata Hari kepada detikJateng.
Hari Wahyudi menjelaskan lebih lanjut mengenai catatan sejarah yang menyebutkan peristiwa ini. Ia mengungkapkan bahwa informasi tentang Kiai Mojo yang ditahan di Benteng Loji Klaten berasal dari catatan AWP Weitzel yang ditulis pada tahun 1850. Weitzel menyalin catatan dari Jenderal Belanda Markus De Kock, yang memimpin perang melawan Pangeran Diponegoro. “Weitzel menyalin catatan Jenderal De Kock, yang sangat terpercaya. Kiai Mojo sempat diinapkan di Benteng Prambanan pada tanggal 13 November sebelum akhirnya dibawa ke Benteng Loji,” jelas Hari.
Setelah menginap semalam di Benteng Prambanan, Kiai Mojo bersama laskarnya dibawa ke Benteng Loji Klaten pada 14 November 1828. Di benteng ini, Kiai Mojo diserahkan kepada residen Surakarta dengan instruksi dari Jenderal De Kock. “Kiai Mojo dipisahkan dari laskarnya, dan semua senjatanya, termasuk 58 senapan, 353 tombak, dan 5 panji, disita dan disimpan di Benteng Loji,” sambung Hari.
Hari Wahyudi menambahkan bahwa setelah satu malam menginap di Benteng Loji, Kiai Mojo bersama lima pengawal utamanya dibawa ke Solo dengan pengawalan 70 pasukan berkuda. “Kiai Mojo dikawal oleh 70 pasukan berkuda menuju Surakarta tanpa dilakukan interogasi. Dia dijaga oleh seorang letnan bernama Letnan Roeps,” imbuh Hari.
Benteng Loji, yang sebelumnya dikenal sebagai Engelenburg, merupakan bagian dari pertahanan artileri yang dibangun oleh Kompeni Belanda. Berdasarkan catatan sejarah, benteng ini dibangun pada tahun 1796, jauh sebelum peristiwa penangkapan Kiai Mojo. “Saya menemukan data bahwa Benteng Klaten dibangun pada tahun 1796 dalam buku ‘Nederlandsche Artillerie’ oleh FHW Kuypers, seorang mayor artileri Hindia Timur. Informasi ini juga dikuatkan oleh tulisan JFG Brumund tahun 1853 dan buku lainnya,” terang Hari.
Lasiyem, seorang saksi sejarah berusia 79 tahun, mengenang masa ketika Benteng Loji masih berdiri kokoh. “Saat saya sekolah, bentengnya masih ada dengan tembok pagar yang tinggi mengelilingi,” katanya.
Benteng Loji juga tercatat dalam Perda nomor 12 tahun 2007 tentang Hari Jadi Kabupaten Klaten, yang menyebutkan pendirian benteng tersebut pada tanggal 28 Juli 1804 dengan surya sengkala Catur llang Estining Budi.
Sejarah Benteng Loji Klaten menggambarkan bagaimana benteng ini bukan hanya sebagai struktur pertahanan, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang mendalam terkait dengan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam konteks perjuangan melawan penjajahan Belanda.(Red)