Ditulis oleh : Moh.Gema
Mengapa kita bermetafisika? Mengapa mendasarkan diri pada refleksi metafisik untuk mengembangkan teori tentang realitas? Banyak kritik yang berargumen bahwa metafisika kontemporer melakukan pekerjaan berat sains dari kenyamanan kursi. Hanya dengan duduk di atas kursi, membaca buku, dan berpikir, metafisikus membangun teorinya. Fisika, bukan metafisika, memberitahu kita tentang sifat fundamental dunia fisik. Paling baik, metafisika hanyalah sebuah pelayan bagi sains. Kendati demikian, kita tidak perlu membuang metafisika, kita harus dapat merekonstruksi metafisika sedemikian rupa sehingga metafisika dan sains dapat memiliki relasi mutual.
Tujuan utama penyelidikan metafisika adalah untuk menjawab pertanyaan terdalam tentang konstitusi fundamental, organisasi, dan karakter dunia, dan metode tradisional dari penyelidikan tersebut dalam tradisi analitik merupakan sebuah analisis dan refleksi di atas konsep dan kategori linguistik yang kita gunakan untuk berhadapan dengan dunia. Namun, paling tidak semenjak Revolusi Saintifik, metafisika sering tampak menjadi seseuatu yang menyerupai sebuah terjun bebas intelektual, dengan sejarah yang mengemban kesaksian untuk kolapsnya progersivitas sekuensial dan rasionalitas yang semakin melemah untuk berpikir bahwa metode tradisional dari penyelidikan metafisika memiliki klaim apapun untuk memberitahu kita tentang konstitusi fundamental, organisasi, atau karakter dunia (Stanford, 2017: 127). Oleh karena itu untuk dapat menjadi progresif, penyelidikan metafisika harus berkesinambungan dengan sains.
Tidak ada pengetahuan filosofis tentang dunia yang independen dari sains. Dalam mencari sebuah pendekatan komprehensif tentang segala sesuatu, metafisika harus berkesinambungan dengan sains, namun di sisi lain juga harus melampaui teori saintifik partikular. Dengan demikian terdapat sebuah dependensi mutual antara sains dan filsafat: filsafat, khususnya metafisika, membutuhkan sains untuk mengetahui apa yang ada di dunia, dan sains membutuhkan filsafat, khususnya epistemologi, ketika kita mengembangkan kriteria untuk interpretasi teori saintifik—yaitu kriteria untuk penilaian klaim pengetahuan yang terkandung dalam teori saintifik.
Filsafat sains (philosophy of science) memiliki hubungan yang kompleks dengan metafisika. Mempelajari topik seperti sifat kausasi (causation), hukum alam dan ruang-waktu, hal ini jelas mengikutsertakan aktivitas yang diklasifikasikan sebagai metafisika. Namun disiplin akademik filsafat sains itu sendiri lahir sebagai oposisi dengan metafisika, yaitu yang dikandung dan dilahirkan oleh paham positivisme logis. Dulu, metafisika dan sains merupakan satu kesatuan disiplin filsafat dan memiliki medan penelitian yang sama, yaitu filsafat alam (natural philosophy) dan kemudian terpisah menjadi dua. Pemisahan ini muncul seturut dengan perkembangan baik dalam sains maupun metafisika (Callender, 2011: 33-34).
Terdapat paling tidak dua cara pertanyaan metafisik dapat muncul dalam pemikiran filosofis tentang sains. Pertama, kita dapat menanyakan pertanyaan metafisik ketika kita memikirkan interpretasi atas teori saintifik tertentu: apakah spesis itu individu dalam teori evolusioner? Apakah sistem partikel-banyak menyalahi prinsip identitas takterbedakan dalam mekanika kuantum? Apakah waktu merupakan sebuah fenomena yang muncul menurut string theory atau loop quantum gravity? Kedua, kita dapat menanyakan pertanyaan metafisik tentang gagasan yang menunjukan dirinya dalam koneksinya dengan banyak bagian dari sains, baik itu dalam pembicaraan saintifik atau dalam pendekatan filsuf terhadap sains secara luas. Banyak penyelidikan yang disebut metafisika sains beberapa tahun belakangan yang berurusan dengan pertanyaan jenis kedua. Contohnya mengenai hukum alam, kausasi (causation), dan disposisi (Thomson-Jones, 2017: 229). Beberapa pertanyaan yang muncul adalah sebagai berikut: Apakah ada sesuatu yang disebut hukum alam? Relasi kausal? Disposisi? Jika ya, jenis apa hal tersebut? Dan bagaimana konsep-konsep tersebut berkoneksi? Beberapa pertanyaan ini merupakan isu sentral dalam metafisika sains.
Namun sayangnya sejarah hubungan antara sains, metafisika, dan filsafat sains tidak begitu harmonis, paling tidak jika kita pertimbangkan selama seratus tahun terakhir. Tentang hal ini Carnap mengatakan bahwa,
Hal yang paling kontroversi dalam metafisika tradisional yang nampak bagi saya adalah bahwa metafisika tradisional steril dan tidak berguna. Ketika saya mengkomparasikan jenis argumen tersebut dengan investigasi dan diskusi dalam sains empiris atau [logika], saya sering menemukan ketidakjelasan konsep yang digunakan dan juga oleh sifat inkonklusif dari argumen tersebut.Carnap, 1963: 44-45
Dan untuk situasi terkini, nampaknya metafisika mengalami sedikit perbaikan. Dalam koleksi baru-baru ini, di mana para ahli metafisika mengaplikasikan perangkat metafisiknya pada bidangnya sendiri, Price berargumen bahwa,
Apa yang menghantui aula semua kota perguruan tinggi itu—menangkap pikiran generasi baru dari yang terbaik dan paling terang—secara aktual adalah hantu dari sebuah disiplin yang telah lama didiskreditkan. Metafisika sebenarnya telah mati sebagaimana Carnap meninggalkannya, tapi—dibutakan, dalam bagian tertentu, oleh misinterpretasi [tertentu] atas Quine—filsafat kontemporer telah kehilangan kemampuan untuk melihatnya sebagaimana adanya, untuk membedakannya dari hidup dan pencarian intelektual yang substansial.PRICE, 2009: 323
Dalam konteks ini banyak yang berpikir bahwa metafisika kontemporer memiliki sedikit hal yang berharga untuk diberikan pada realis karena kekurangan kontaknya dengan sains modern. Ladyman dan Ross menghadirkan kecaman, bersikeras bahwa metafisika analitik mainstream telah menjadi apriori secara keseluruhan (Ladyman, Ross, 2007: 24). Namun biar bagaimanapun, seseorang mungkin akan berpikir bahwa terdapat alasan untuk menjauhkan diri dari klaim efek bahwa metafisika apriori tanpa tujuan atau bahwa metafisika apriori harus berakhir atau ‘tidak dikembangkan’; apapun problem persisnya dengan metafisika kontemporer, reaksi yang pantas oleh filsuf sains harus dipertimbangkan secara hati-hati. Maka dari itu kita dapat berargumen bahwa meskipun jauh dari sains modern sebagaimana yang dikatakan oleh Ladyman dan Ross, metafisika mungkin masih dapat menyediakan perkakas, gerak, dan manuver yang dapat memberikan faedah.
Metafisika Naturalis atau Metafisika Viking?
Di atas telah disinggung bahwa metafisika harus berkesinambungan dengan pengetahuan saintifik. Metafisika semacam itu disebut metafisika naturalis. Para proponen metafisika naturalis mengklaim bahwa tidak ada jenis metafisika altenartif yang dapat dianggap sebagai sebuah bagian yang memiliki legitimasi dari usaha kolektif untuk membuat model struktur realitas objektif. Salah satu pendahulu dari pendirian metafisika naturalis adalah Wilfrid Selars. Dia mengekspresikan sebuah konsepsi naturalistik dari metafisik ketika mengatakan bahwa tujuan para filsuf seharusnya untuk “mengetahui cara tertentu dengan mengindahkan subject matters dari semua disiplin [saintifik] khusus” dan “membangun jembatan” di antaranya (Sellars, 1962: 35).
Metafisika yang berkompetisi dengan tradisi semacam ini adalah sebuah tradisi yang tujuannya mendomestikasi penemuan saintifik agar kompatibel dengan gambaran komposisi struktural dan kausasi (causation) intuitif atau ‘folk’. Domestikasi demikian secara tipikal dipresentasikan sebagai sesuatu yang menyediakan ‘pemahaman’. Domestikasi ini apropriatif karena ‘pemahaman sehari-hari’ dianggap ‘lebih familiar’. Namun metafisika naturalis tertarik pada ‘pemahaman’ yang lebih baik dikarakterisasi oleh ‘eksplanasi’, di mana sebuah eksplanasi haruslah benar (paling tidak dalam klaim paling umum). Para proponen metafisika naturalis berargumen bahwa capaian metafisika dari domestikasi tidak menyediakan eviden sama sekali bahwa metafisika yang digeluti benar dan karena itu kita tidak memiliki alasan yang memadai untuk mempercayainya bahwa ia memiliki eksplanasi apapun (Ladyman, Ross, 2007: 1-2). Namun hal ini tidak mengimplikasikan bahwa intuisi sehari-hari atau habitual dan kognisi tidak mencari kebenaran secara memadai dalam lintas semua domain penyelidikan. Inteligensi manusia dan teknologi representasional kolektif (khususnya bahasa publik) yang mengkonstitusikan basis untuk hal yang paling khusus secara biologis tentang inteligensi tersebut bisa jadi memungkinkan. Para proponen metafisika naturalis mengklaim bahwa menurut mereka tidak ada alasan tertentu untuk membayangkan bahwa intuisi habitual dan respon inferensial kita didesain dengan memadai untuk sains atau metafisika.
Manusia belajar untuk merepresentasikan dunia dan bernalar secara matematis—yaitu dalam sebuah cara tertentu yang menghendaki kita untuk berabstraksi dari lingkungan familiar kita pada sebuah derajat tertentu yang meningkat seiring berjalannya waktu sebagaimana matematika berkembang—dan inilah yang menghendaki kita untuk mencapai pengetahuan saintifik. Karena pengetahuan tersebut dapat disatukan pada gambaran terpadu, maka kita juga dapat memiliki sebuah metafisika yang terjustifikasi. Karena didasarkan pada sains yang belum sempurna, metafisika ini mungkin tidak benar. Namun biar bagaimanapun, jika metafisika tersebut paling tidak dimotivasi oleh sains pada waktu t, maka metafisika tersebut merupakan metafisika terbaik yang dapat kita miliki pada t. Ladyman dan Ross berargumen bahwa untuk sebuah metafisika yang konsisten dengan, dan dimotivasi oleh, sains kontemporer, maka kontras dengan jenis metafisika yang muncul melalui tradisi domestikasi (Ladyman, Ross, 2007: 2). Dengan demikian metafisika naturalis tertarik pada kebenaran objektif daripada antropologi filosofis. Untuk itu naturalis memiliki pembatasan tertentu tentang bagaimana mengeskpresikan metafisika, yaitu sebagai berikut:
Setiap klaim baru metafisika yang harus dianggap serius harus dimotivasi oleh, dan hanya oleh, jasanya yang akan ditampilkan, jika benar, dalam menunjukan bagaimana dua atau lebih hipotesis saintifik yang secara spesifik menjelaskan dalam satu-kesatuan lebih dari jumlah apa yang dijelaskan oleh dua hipotesis yang dianggap secara terpisah, di mana sebuah ‘hipotesis saintifik’ dipahami sebagai sebuah hipotesis yang dianggap serius oleh sains terkini secara institusional bonafide.LADYMAN, ROSS, 2007: 30
Proposal di atas secara jelas membutuhkan sebuah pendekatan eksplanasi yang memungkinkan kita untuk membuat pemikiran yang jelas dari gagasan seseorang yang dapat memiliki eksplanasi ‘lebih’ dengan pertimbangan satu struktur keyakinan dari yang lainnya. Untuk itu Ladyman dan Ross mendasarkan pembatasan di atas pada eksplanasi saintifik Philip Kitcher, yang gagasan utamanya adalah bahwa unifikasi sains bertepatan dalam memaksimalkan rasio jenis fenomena yang dapat kita jelaskan sejumlah jenis proses kausal yang kita catat dalam eksplanasi tersebut. Kita membuat progres hingga semaksimal mungkin setiap kita menunjukan bahwa dua atau lebih fenomena dijelaskan oleh sebuah pola argumen (argument pattern) yang umum. Sebuah pola argumen merupakan sejenis templat untuk menghasilkan eksplanasi dari fenomena baru pada basis kemiripan struktural di antara jaringan kausal yang memproduksinya dan jaringan kausal yang memproduksi yang lainnya, yaitu fenomena yang telah dijelaskan (Ladyman, Ross, 2007: 30-31).
Ladyman dan Ross memformulasikan sebuah pembatasan naturalis pada hipotesis metafisik yang disebut Pembatasan Primasi Fisika. Pembatasan ini mengartikulasikan bagaimana dan dalam hal apa eviden diterima oleh naturalis memberikan prioritas epistemik pada fisika di atas sains-sains lain. Dengan ini fisika membatasi sains-sains lain (Ladyman, Ross, 2007: 37).
Selain itu juga terdapat pembatasan lain yang disebut Prinsip Penutupan Naturalistik, yaitu sebagai berikut (Ladyman, Ross, 2007: 37-38):
Setiap klaim metafisik baru yang dianggap secara serius pada waktu t harus dimotivasi oleh, dan hanya oleh, jasanya yang akan ditampilkan, jika benar, dalam menunjukan bagaimana dua atau lebih hipotesis saintifik yang spesifik, paling tidak satu yang ditarik dari fisika fundamental, secara bersamaan menjelaskan lebih dari penjumlahannya dari apa yang dijelaskan oleh dua hipotesis yang dianggap secara terpisah, di mana ini diinterpretasikan oleh rujukan pada stipulasi terminologis sebagai berikut:
- Stipulasi: A adalah ‘hipotesis saintifik’ yang dipahami sebagai sebuah hipotesis yang dianggap secara serius oleh bonafide sains secara institusional pada t.
- Stipulasi: A adalah ‘hipotesis saintifik yang spesifik’ merupakan satu yang telah diinvestigasi secara langsung dan dikonfirmasi oleh aktivitas saintifik yang bonafide secara institusional lebih utama pada t atau satu yang mungkin diinvestigasi pada atau setelah t, dalam absensi pembatasan menghasilkan dari pembatasan teknik, psikologis, atau ekonomis atau kombinasinya, sebagai objek primer dari verifikasi, falsifikasi, atau perbaikan kualitatif yang diusahakan, di mana aktivitas ini merupakan bagian dari sebuah proyek penelitian objektif yang dapat dibiayai oleh sebuah pembiayaan penelitian saintifik bonafide.
- Stipulasi: Sebuah ‘proyek penelitian objektif’ memiliki tujuan utama untuk mengajegkan fakta objektif tentang alam yang akan, jika diterima oleh kebutuhan membidik untuk memaksimalkan persediaannya dari keyakinan yang benar, kendati demikian, pergeseran dalam pertanyaan preferensi praktis, komersial, atau ideologis.
Maka dari itu Prinsip Penutupan Naturalistik diformulasikan sejauh ia dimotivasi hanya dalam sebuah cara yang sementara. Dengan inilah metafisika naturalis ingin menyingkirkan metafisika analitik (tradisional).
Namun demikian, telah disebutkan di atas bahwa metafisika (analitik) mungkin masih dapat menyediakan perkakas, gerak, dan manuver yang dapat memberikan faedah, terutama dalam filsafat sains. Metafisika demikian oleh French (2014) disebut sebagai metafisika Viking. Dengan metafisika Viking ini kita memiliki alat dan manuver untuk memahami, dan menghadapi problem yang muncul dalam filsafat sains. Seperti yang dikatakan oleh Callender, metafisika dapat memiliki relasi mutual antara sains dan metafisika. Callender berkata,
Dalam bentuk slogan, klaim saya adalah bahwa metafisika lebih baik ketika ia diberitahu oleh sains yang baik (good science) dan sains lebih baik ketika ia diberitahu oleh metafisika yang baik (good metaphysics).CALLENDER, 2011: 48
Terdapat dua pendirian yang dapat diidentifikasi bahwa seseorang mungkin dapat mengadopsi dengan anggapan pada kemungkinan metafisika yang diberi tahu oleh sains terbaik kita, dan khususnya fisika: ‘optimistik’, yang menganggap sains dapat memberikan jawaban atas persoalan metafisika dan membantu progres dalam metafisika; ‘pesimistik’, yang menegaskan bahwa kita hanya mendapat sebanyak mungkin metafisika ‘keluar’ dari sebuah teori saintifik sebagaimana kita memasukannya, di awal. Contohnya seperti klaim bahwa Relativitas Khusus menunjukan presentisme—yang secara kasar, klaimnya bahwa kesekarangan memiliki sebuah status ontologis yang distingtif—menjadi salah. Secara lebih spesifik, posisi tersebut dapat diartikulasikan sebagai berikut (French, 2014: 51):
- (Optimisme) Terdapat kasus aktual yang mana keikutsertaan sebuah klaim metafisik dalam teori saintifik yang sukses secara empiris memberikan alasan untuk berpikir bahwa klaim tersebut benar.
Posisi pesimis dapat dipisahkan menjadi dua bentuk:
- (Pesimisme Radikal) Keikutsertaan sebuah klaim metafisik dalam sebuah teori saintifik yang sukses secara empiris tidak pernah dapat menyediakan alasan apapun untuk berpikir bahwa klaim tersebut benar; dan
- (Pesimisme Moderat) Terdapat sejenis keikutsertaan dalam teori yang, sebuah klaim metafisik untuk mencapai keikutsertaan, akan menyediakan beberapa alasan untuk berpikir bahwa klaim tersebut benar; tapi tidak terdapat kasus klaim metafisik diikutsertakan dalam teori dengan cara ini.
Keikutsertaan metafisik yang disebutkan di ataslah yang memberi kita alasan untuk meyakini klaim tentang entitas takteramati (unobservable entity) seperti, satu contoh di antara sekian banyak contoh, elektron dalam teori fisika. Maka dari itu ketika sebuah klaim metafisik dilibatkan dalam teori saintifik, klaim tersebut ikut bertanggungjawab untuk menjelaskan kesuksesan empiris dari teori tersebut. Namun menurut pesimisme radikal, keikutsertaan demikian tidak akan memberi kita alasan apapun untuk meyakini klaim tersebut, sedangkan pesimis moderat akan menerima klaim tersebut tapi di sisi lain menegaskan bahwa klaim metafisik tidak pernah benar-benar terlibat dalam teori saintifik. Optimis, di sisi yang berseberangan, meyakini bahwa klaim demikian dapat terlibat secara apropriatif dengan teori dan keikutsertaan tersebut memberi kita alasan untuk meyaikini klaim tersebut. Dengan dasar optimisme inilah kita dapat menganlisis teori saintifik dengan metafisika.
Daftar Pustaka
- Callender, Craig. 2011. “Philosophy of Science and Metaphysics” dalam Steven French dan Juha Saatsi (ed.), The Continuum Companion to Philosophy of Science. London, New York: Continuum. Hal. 33-54.
- Carnap, Rudolf. 1963. “Intellectual Autobiography” dalam P. A. Schilpp (ed.), The Philosophy of Rudolf Carnap. La Salle, IL: Open Court. Hal. 3-84.
- French, Steven. 2014. The Structure of the World: Metaphysics and Representation. Oxford: Oxford University Press.
- Ladyman, James, Don Ross. 2007. Every Thing Must Go. Oxford: Oxford University Press.
- Price, Huw. 2009. “Metaphysics after Carnap: The Ghost Who Walks?” dalam David Chalmers, dkk. (ed.), Metametaphysics: New Essays on the Foundations of Ontology. Oxford: Oxford University Press. Hal. 320-346.
- Sellars, Wilfrid. 1962. “Philosophy and Scientific Image of Man” dalam R. Colodony (ed.), Frontiers of Science and Philosophy. Pittsburgh: University of Pittsburgh Press. Hal. 35-75.
- Stanford, P. Kyle. 2017. “So Long, and Thanks for All the Fish: Metaphysics and the Philosophy of Science” dalam Matthew H. Slater dan Zanja Yudell, Metaphysics and the Philosophy of Science: New Essays. New York: Oxford University Press. Hal. 127-140.
- Thomson-Jones, Martin. 2017. “Against Bracketing and Complacency: Metaphysics and the Methodology of Sciences” dalam Slater, Matthew H. dan Zanja Yudell, Metaphysics and the Philosophy of Science: New Essays. New York: Oxford University Press. Hal. 229-250.
Latest Posts
- Patut Diduga SPBU 44 59202 Kaliori Rembang Kongkalikong dengan Mafia Solar Subsidi
- Pemerintah Kabupaten Rembang Fokus Tekan Angka Kemiskinan pada 2025
- Korban Meninggal Dunia Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Rembang Tahun 2024 Meningkat Jadi 118 Orang
- Sejumlah Kepala Desa Temui Wakil Bupati Rembang Bahas Kasus Hukum Kepala Desa Pangkalan
- Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Dinarpus) Kabupaten Rembang Gelar Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan untuk Tingkatkan Daya Tarik Masyarakat dan Siswa
Categories
- Advetorial
- Bahasa Jawa
- Berita
- Cerita
- Daerah
- Entertainment
- Hukum
- Humaniora
- Infografis
- Kesehatan
- Kriminal
- Kuliner
- Lain-Lain
- Nasional
- Njajah Desa Milangkori
- Olahraga
- Olahraga
- Opini
- Otomotif
- Parenting
- Pariwisata
- Pendidikan
- Perekonomian
- Peristiwa
- Politik
- Ragam
- Ramadan
- Rembang Gemilang
- Sosial Budaya
- Uncategorized
- Warta Desa
- Wisata