Tribuanapost.id-Rembang – Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Rembang nomor urut 02, Harno-Hanies, melakukan kunjungan penting ke puluhan penggiat UMKM serta pengrajin batik tulis Lasem di Kecamatan Lasem dan Pancur. Kunjungan ini bertempat di lokasi ikonik kota pusaka Lasem, tepatnya di Angkringan Semilir Jolotundo, Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, pada Rabum09/10/24
Kehadiran Harno di tengah-tengah para pelaku usaha kecil menengah dan pengrajin batik tulis ini menunjukkan komitmennya yang besar terhadap perkembangan industri kreatif, khususnya batik Lasem. Dalam kesempatan tersebut, Harno menegaskan keinginannya untuk mendongkrak pasar industri batik Lasem ke ranah yang lebih luas, termasuk pasar ekspor. “Batik tulis Lasem memiliki keunikan dan nilai budaya yang luar biasa. Potensi ini harus kita kembangkan, baik di pasar domestik maupun internasional,” kata Harno di depan para pengrajin dan pelaku UMKM.
Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap perkembangan industri lokal, Harno menyampaikan impiannya yang sudah lama terpendam, yaitu untuk membawa Kabupaten Rembang, khususnya Lasem, menjadi lebih maju melalui pengembangan sektor industri batik. Harno menyadari betul bahwa batik tulis Lasem merupakan ikon kota tersebut dan menjadi kebanggaan warga Lasem.
Dalam rangka memperluas jangkauan pemasaran batik Lasem, Harno berencana menggandeng Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) untuk menjajaki berbagai peluang kerjasama. Kolaborasi ini diharapkan mampu membuka akses pasar yang lebih luas serta mendukung keberlanjutan industri batik Lasem, baik dari sisi produksi maupun pemasaran. “Kami akan bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk DPR RI, untuk mewujudkan impian ini. Tujuan kami adalah menjadikan batik tulis Lasem sebagai produk unggulan yang tidak hanya dikenal di dalam negeri, tapi juga di luar negeri,” ujarnya dengan optimis.
Pada sesi kunjungan tersebut, acara juga diisi dengan sesi tanya jawab antara Harno dan para pengrajin serta pelaku UMKM. Salah satu penggiat UMKM bernama Parlan mengusulkan agar dibentuk pasar khusus yang hanya memasarkan batik tulis Lasem. Usulan ini didasari oleh kekhawatiran para pengrajin batik tulis terhadap semakin maraknya batik printing (batik cetak) yang mulai membanjiri pasar. “Batik printing ini merugikan kami, para pengrajin batik tulis. Penjualan batik tulis kami semakin merosot karena banyak konsumen yang tidak bisa membedakan antara batik tulis dan batik printing,” keluh Parlan.
Sejumlah pengrajin batik tulis Lasem lainnya juga menyampaikan keluhan serupa. Mereka berharap pemerintah daerah dapat mengambil langkah konkret untuk melindungi produk-produk batik asli buatan tangan, sekaligus menjaga kelestarian warisan budaya nenek moyang. Menurut mereka, batik tulis Lasem tidak hanya sekedar produk, tetapi juga representasi dari identitas budaya Lasem yang harus dijaga keasliannya.
Merespons berbagai masukan dari para pengrajin, Harno berjanji akan mengupayakan solusi terbaik untuk mengatasi masalah ini. “Ini adalah masukan yang sangat berharga. Saya akan memperjuangkan agar batik tulis Lasem mendapat tempat yang layak di pasar, baik melalui kebijakan khusus maupun program-program yang mendukung keberlangsungan usaha para pengrajin. Batik ini bukan hanya tentang ekonomi, tapi juga tentang budaya kita yang harus kita jaga bersama,” tegas Harno.
Di akhir kunjungan, Harno dan Hanies menyempatkan diri untuk melihat langsung proses pembuatan batik tulis Lasem, mulai dari tahap desain hingga pewarnaan. Keduanya berharap bahwa dengan perhatian khusus dari pemerintah daerah dan kerjasama lintas sektor, batik tulis Lasem dapat terus berkembang dan menjadi kebanggaan tidak hanya bagi warga Lasem, tetapi juga bagi Indonesia di kancah internasional.