Tribuanapost.id-Cilacap, Jawa Tengah – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap melaporkan bahwa jumlah warga terdampak kemarau di wilayah tersebut telah mencapai 2.027 keluarga atau sekitar 7.508 jiwa. Krisis air bersih menjadi masalah utama yang dihadapi warga di beberapa desa yang tersebar di enam kecamatan.
“Dampak kemarau yang dialami warga berupa krisis air bersih, baik karena sumur atau sumber air lainnya mengering maupun air sumurnya masih ada tetapi terintrusi air laut, sehingga tidak layak konsumsi,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap, Bayu Prahara, di Cilacap, Sabtu.
Bayu mengakui bahwa jumlah warga yang mengalami krisis air bersih di Cilacap terus bertambah. Meski demikian, wilayah yang terdampak kemarau hingga saat ini masih sebanyak 10 desa di 6 kecamatan, yaitu Desa Bojong dan Ujungmanik di Kecamatan Kawunganten, Desa Cimrutu, Rawaapu, dan Bulupayung di Kecamatan Patimuan, Desa Gintungreja dan Karanggintung di Kecamatan Gandrungmangu, Desa Rawajaya di Kecamatan Bantarsari, Desa Karangkemiri di Kecamatan Jeruklegi, serta Desa Panikel di Kecamatan Kampunglaut.
“Wilayah yang mengalami krisis air bersih ini kemungkinan akan bertambah mengingat intensitas kemarau yang semakin tinggi. Namun, kami berkomitmen untuk terus menyalurkan bantuan air bersih,” tambah Bayu.
Pemerintah Kabupaten Cilacap melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2024 telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp200 juta untuk penyaluran bantuan air bersih bagi masyarakat yang mengalami krisis air bersih.
“Kami terus berupaya menyalurkan bantuan air bersih bagi warga yang membutuhkan. Seperti yang dilakukan pada Jumat (26/7) kemarin, kami menyalurkan bantuan air bersih untuk warga Desa Cimrutu, Rawaapu, dan Bulupayung, masing-masing 1 tangki,” jelas Bayu yang didampingi oleh Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cilacap, Budi Setyawan.
Meski demikian, Bayu memperkirakan bahwa wilayah yang mengalami krisis air bersih pada musim kemarau tahun 2024 ini tidak sebanyak tahun 2023 yang mencapai 86 desa di 20 kecamatan. Penurunan ini disebabkan oleh perluasan jaringan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Wijaya Cilacap dan bantuan sumur bor di sejumlah wilayah.
“Namun, kami tetap menyalurkan bantuan air bersih bagi warga yang membutuhkan. Hingga Jumat (26/7), kami telah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 170.000 liter atau setara dengan 34 tangki untuk warga di 10 desa tersebut,” kata Budi Setyawan.
Budi juga mengimbau warga penerima bantuan air bersih maupun warga yang air sumurnya masih layak konsumsi agar berhemat dalam menggunakan air. Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah Cilacap saat ini tengah memasuki puncak musim kemarau.
“Bagi pemerintah desa yang warganya mengalami krisis air bersih, silakan mengajukan surat permohonan bantuan kepada Pemkab Cilacap dan kami akan segera menyalurkan setelah ada permohonan bantuan,” tambah Budi.
Krisis air bersih yang melanda Cilacap merupakan tantangan besar bagi pemerintah dan masyarakat setempat. Selain penyaluran bantuan air bersih, pemerintah juga terus berupaya mencari solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah ini, termasuk memperluas jaringan air bersih dan meningkatkan akses terhadap sumber air yang layak konsumsi.
Dengan komitmen yang kuat dari pemerintah daerah dan dukungan masyarakat, diharapkan krisis air bersih yang terjadi saat ini dapat segera teratasi, sehingga warga Cilacap dapat kembali menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal.(Red)
terdampak kemarau di Cilacap capai 7.508 jiwa
Sabtu, 27 Juli 2024 11:53 WIB
Cilacap (ANTARA) – Badan