Dinlutkan Rembang Kaji Masukkan Lele Fillet ke Program Makan Bergizi Gratis

Author name

17 May 2025

Tribuanapost.id-Rembang, 15 Mei 2024 – Dinas Kelautan dan Perikanan (Dinlutkan) Kabupaten Rembang bersama Koperasi Mitra Mina Lestari berencana memperluas variasi menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Setelah sukses menyuplai bakso ikan dan bandeng presto, kini pihaknya menjajaki peluang memasukkan lele fillet sebagai produk olahan baru.

Fokus pada Ketersediaan Pasokan dan Harga

Nurida Andante, Kepala Bidang Bina Usaha dan Peningkatan Daya Saing Dinlutkan Rembang, mengungkapkan bahwa pihaknya sedang melakukan koordinasi intensif dengan pembudidaya lele untuk memastikan pasokan mencukupi.

“Satu kelompok pembudidaya (SPPG) bisa menghasilkan hampir 350 kilogram lele. Jumlah ini sangat memadai,” kata Dante, Rabu (15/5).

Selain ketersediaan bahan baku, Dinlutkan juga memperhitungkan Harga Pokok Penjualan (HPP). Pasalnya, program MBG menetapkan standar ketat: setiap porsi harus mengandung 40% protein, dengan harga maksimal Rp3.000 per porsi.

“Kami harus memastikan apakah harga beli lele fillet masih masuk dalam HPP pengolah, mengingat batasan harga dan komposisi gizinya,” jelas Dante.

Dorongan untuk UMKM: Keuntungan Terbatas, Pasar Terjamin

Dante menekankan bahwa sejak awal, pelaku UMKM diimbau untuk tidak mengambil margin keuntungan besar. Pertimbangannya, program MBG bersifat berkelanjutan dan permintaannya diprediksi terus meningkat.

“Ini program jangka panjang. Kami minta UMKM tidak mengambil untung terlalu tinggi karena volume produksi akan naik seiring waktu,” ujarnya.

Strategi ini diharapkan menjaga kestabilan harga sekaligus mendorong partisipasi lebih banyak pelaku usaha. Saat ini, Koperasi Mitra Mina Lestari menjadi mitra utama dalam pengolahan dan distribusi produk.

Lele Fillet: Alternatif Bernutrisi dengan Biaya Terkendali

Lele fillet dipilih karena harganya relatif terjangkau, kandungan protein tinggi, dan mudah diolah menjadi berbagai menu. Pilihan ini juga sejalan dengan upaya diversifikasi pangan lokal berbasis sumber daya perikanan Rembang.

“Lele mudah dibudidayakan, cepat panen, dan biaya produksinya rendah. Ini cocok untuk program MBG yang berbasis anggaran terbatas,” tambah Dante.

Respons Positif dari Pembudidaya dan Pengolah

Sutrisno, salah satu pembudidaya lele di Kecamatan Sarang, menyambut baik rencana ini. “Selama ada kepastian pembelian, kami siap penuhi permintaan. Apalagi jika programnya kontinu,” katanya.

Sementara itu, Dewi Susanti, pengolah ikan dari UMKM “Lestari Mandiri”, mengaku telah menyiapkan prototipe olahan lele fillet, seperti nugget dan abon, untuk diuji coba di sekolah-sekolah.

Tantangan dan Langkah ke Depan

Meski optimistis, Dante mengakui sejumlah tantangan, seperti:

  1. Konsistensi pasokan lele segar.
  2. Efisiensi pengolahan agar sesuai standar HPP.
  3. Edukasi gizi kepada penerima manfaat tentang manfaat lele fillet.

Ke depan, Dinlutkan akan menggelar pelatihan pengolahan bagi UMKM dan memantau feedback dari sekolah penerima MBG.

Program MBG: Upaya Tekan Stunting dan Dukung UMKM

Program MBG sendiri merupakan inisiatif Pemkab Rembang untuk:

  • Meningkatkan asupan gizi anak sekolah.
  • Memberi pasar tetap bagi produk UMKM perikanan.
  • Mengurangi angka stunting yang masih mencapai 15,2% (Data SSGI 2023).

Dengan tambahan lele fillet, diharapkan cakupan program semakin luas dan manfaat ekonominya dirasakan lebih banyak pihak.


Leave a Comment